Kupu kupu yang cacat
Waktu itu aku
adalah seekor kepompong yang ingin sekali menjadi kupu kupu. Aku berusaha keras mati matian keluar dari
pupa yang sedang melingkupi tubuhku. Kulihat kau diseberang sana sedang
mengamatiku bersusah payah dengan tatapan iba. Kemudian dengan hati baikmu kau
menghampiriku, membantuku keluar dari
pupa itu dan tak sepertiku yang membutuhkan usaha keras, kau tidak terlalu
kesusahan membantuku, dan kau berhasil. Kau tersenyum. Aku pun demikian.
Kau terus menatapku,
menungguku menerbangkan sayap sayap yang indah itu. Aku juga demikian lagi lagi berusaha keras. Kemudian
wajahmu mulai muram setelah kau tahu aku tak cukup berhasil atas usahaku itu. Kau
dilema antara keinginanmu melihatku terbang dan kebosanan. Dan kau tahu, tak ada yang mau
merelakan hidupnya untuk menunggu. Hujan mulai turun, matahari pun mulai
terbenam, aku belum berhasil. Dan dalam perasaan kecewa dan kesia-siaan kau
mengarahkan langkahmu untuk kembali pulang.
dan aku mulai tersadar harusnya aku
berusaha sendiri keluar dari pupa itu tanpa mengharapkan keibaanmu. harusnya aku melewati metamorfosis dengan usahaku sendiri. Namun nasi
sudah menjadi bubur, metamorfosis yang hampir sempurna menjadi tidak sempurna. aku terlahir sebagai kupu kupu yang cacat. dan aku sangat tahu, kau hanyalah seorang anak kecil yang polos nan baik hati yang hanya sedang sangat iba melihatku saat itu.
maka bukankah tak berhak sekalipun menuntut seorang anak kecil atas kesalahan yang tidak ia ketahui??.
Kini setelah menjadi kupu kupu yang cacat, jangan lagi mengharap keibaan atas kecacatanmu.
Comments
Post a Comment